Selasa, 27 Mei 2025

Menjadi Keren Tanpa Rokok dan Berkomunikasi Bijak: Refleksi Gaya Hidup Sehat dan Islami bagi Generasi Muda

 Dalam kehidupan sehari-hari, remaja dan mahasiswa sering kali menghadapi tekanan sosial serta ekspektasi dari lingkungan sekitar. Salah satu bentuk tekanan yang paling umum adalah dorongan untuk "menyesuaikan diri" agar terlihat menarik atau diterima dalam kelompok pertemanan. Sayangnya, dalam usaha untuk tampil menarik, banyak dari mereka yang akhirnya memilih jalan yang keliru, seperti mulai merokok. Rokok sering kali dianggap sebagai simbol kedewasaan, keberanian, dan bahkan kepercayaan diri. Namun, fakta-fakta ilmiah dan data kesehatan justru menunjukkan bahwa merokok adalah kebiasaan yang sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar. Lebih dari itu, menjadi "keren" sejatinya bukan hanya soal penampilan fisik, tetapi juga tentang sikap, prinsip hidup, dan cara berkomunikasi. Artikel ini akan membahas dua hal penting yang saling berkaitan: pertama, bagaimana cara menjadi keren tanpa harus merokok; dan kedua, bagaimana menggunakan ucapan yang bijak dan mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui konsep "Qaulan" dalam Al-Qur’an.

Merokok dan Citra Keren: Fakta atau Ilusi?

    Merokok sering kali dipandang sebagai simbol kedewasaan atau keberanian, terutama di kalangan remaja. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh media, lingkungan sosial, serta peran industri rokok yang dengan cermat membentuk citra "maskulin", "berani", atau "bebas" melalui berbagai kampanye dan promosi. Namun, mari kita tinjau data berikut:

  1. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2023), lebih dari 200.000 orang meninggal setiap tahun akibat konsumsi rokok.
  2. Jumlah perokok aktif di Indonesia telah mencapai 70 juta orang, dan 7,4% di antaranya adalah anak-anak usia 10–18 tahun.
  3. Kelompok usia dengan tingkat perokok tertinggi adalah remaja usia 15–19 tahun, yaitu masa sekolah menengah hingga awal kuliah.

    Ini menunjukkan bahwa industri rokok secara tidak langsung menargetkan anak muda yang sedang dalam fase pencarian jati diri. Apa yang sering disebut sebagai "gaya hidup keren" ternyata membawa dampak serius terhadap kesehatan jangka panjang. Selain itu, paparan asap rokok juga membahayakan orang lain. Anak kecil dan bayi yang tinggal bersama perokok berisiko mengalami stunting atau gangguan tumbuh kembang akibat terhirupnya zat beracun dari asap rokok. Oleh karena itu, kebiasaan merokok bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain — bahkan generasi masa depan. 

    Menjadi keren bukanlah sekadar mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain. Sebaliknya, seseorang yang berani untuk berbeda dan memilih jalan hidup yang sehat menunjukkan bahwa ia memiliki prinsip dan kesadaran diri yang tinggi. Keren yang sejati adalah ketika seseorang mampu:

  1. Menolak tekanan dari pergaulan yang tidak sehat,
  2. Menjaga tubuh dan pikirannya tetap bersih dari zat adiktif,
  3. Memiliki gaya komunikasi yang santun dan inspiratif,
  4. Berani bersikap dan berkata jujur,
  5. Menginspirasi orang lain untuk hidup lebih baik.

    Keberanian untuk menolak ajakan merokok bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah indikasi kekuatan karakter. Di era digital saat ini, di mana informasi dan tren menyebar dengan sangat cepat, penting bagi generasi muda untuk lebih selektif dan kritis terhadap apa yang dianggap sebagai “gaya hidup keren”. Di tengah berbagai tantangan zaman, anak muda yang mampu menjaga gaya hidup sehat sekaligus memiliki sikap komunikasi yang santun adalah mereka yang siap menjadi agen perubahan. Kombinasi antara menjaga kesehatan fisik (dengan tidak merokok) dan menjaga kesehatan sosial (dengan berbicara baik) akan menciptakan generasi muda yang kuat, berwawasan luas, dan beretika.

    Kebiasaan yang sehat dan penggunaan bahasa yang baik akan membuka lebih banyak kesempatan, baik dalam pergaulan, pendidikan, maupun karier. Seseorang yang tidak merokok dan mampu berbicara dengan bijak cenderung lebih dipercaya, dihormati, dan dihargai oleh orang-orang di sekitarnya. Keren bukanlah tentang mengikuti tren. Keren bukan tentang merokok, gaya hidup bebas, atau ucapan yang kasar. Keren adalah ketika seseorang memiliki prinsip, mampu berkata jujur, dan memilih untuk hidup sehat serta berakhlak baik. Merokok bukanlah cara untuk menunjukkan keberanian atau eksistensi diri. Sebaliknya, menolak rokok dan memilih gaya hidup yang sehat serta komunikatif adalah cerminan dari kedewasaan yang sejati. Dalam hal berbicara, mengikuti panduan Qaulan dari Al-Qur’an akan membantu kita menjadi individu yang lebih bijak dan bermartabat. Karena pada akhirnya, dunia membutuhkan lebih banyak anak muda yang tidak hanya pintar dan aktif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental serta bijak dalam berbicara dan bertindak.

Tulis di komentar:

“Menurutku, keren itu adalah…”

References

Rokom. (2024, May 29). Perokok Aktif Di Indonesia Tembus 70 Juta orang, Mayoritas Anak Muda. Sehat Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240529/1545605/perokok-aktif-di-indonesia-tembus-70-juta-orang-mayoritas-anak-muda/ 

Elefthero | Counter Standart Sosmed

 "Sejatinya, semua orang bebas untuk berekspresi"

penulis by: Tajiron Kahfi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sosial Media, Gengsi, dan Beban Finansial: Tantangan Anak Muda Masa Kini

 Akhir-akhir ini, sosial media semakin liar membawa manusia terbawa arus. Banyak hal yang sejatinya tidak terlalu punya urgensi, namun terba...