Sabtu, 31 Mei 2025

Eksis Tanpa Memaksakan: Melawan Tekanan FOMO di TikTok

 

EKSIS TANPA MEMAKSAKAN: MELAWAN TEKANAN FOMO DI TIKTOK

Pemateri: Riki Khoerun

Program kerja live series pertama dari komunitas Elefthero berfokus pada eksistensi tanpa paksaan: melawan tekanan fomo di media sosial, khususnya Tiktok.  Pada live series perdana ini, terdapat banyak pertanyaan yang diajukan kepada pemateri, dimulai dengan pertanyaan, "Menurut pemateri, apa yang menyebabkan banyak orang merasa FOMO (Fear of Missing Out) saat menggunakan Tiktok?"  

Pemateri menjawab: FOMO sering kali muncul akibat algoritma Tiktok yang dirancang untuk menyajikan konten-konten viral, yang membuat orang yang mengikuti tren tersebut merasa lebih menarik. Ketika kita tidak terlibat dalam konten-konten viral itu, kita cenderung merasa kurang menarik, yang menyebabkan kita membandingkan diri dengan orang lain secara tidak sadar. Rasanya seperti, "Jika aku tidak ikut, aku akan ketinggalan."

Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya yaitu "Apa dampak psikologis yang dapat muncul akibat tekanan FOMO di media sosial, khususnya Tiktok?". Mengikuti tren atau FOMO di media sosial ini berdampak pada kesehatan psikologis kita. Contohnya bisa menyebabkan stres atau kecemasan berlebih, kadang membuat kita merasa kurang terus-menerus. Namun, dalam jangka panjang, hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri kita. Karena kita merasa dituntut untuk selalu memperbarui diri di media sosial, sementara kapasitas yang kita miliki tidak memadai untuk memenuhi tuntutan tersebut. Sehingga, hal ini merusak psikologis kita.

Pertanyaan selanjutnya adalah "Menurut pemateri, bagaimana cara membangun kepercayaan diri agar tidak mudah terpengaruh oleh tren yang sedang viral?".  Kepercayaan diri tumbuh ketika kita memahami dan yakin pada diri sendiri, baik dari kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki. Tren bisa menjadi inspirasi, tetapi bukan berarti kita harus mengikuti setiap tren yang ada. Ada beberapa tips dari pemateri mengenai cara membangun kepercayaan diri agar tidak mudah terpengaruh oleh tren viral, yaitu:

1. Refleksi diri/ngobrol dengan diri sendiri melalui journaling

2. Fokus pada kemajuan diri sendiri, bukan membandingkan diri dengan orang lain

3. Hargai setiap pencapaian, sekecil apapun pencapaian tersebut.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai tips agar pengguna media sosial, terutama Tiktok, tetap bisa eksis tanpa harus memaksakan diri untuk mengikuti semua tren. Ada beberapa tips yang diberikan oleh pemateri kepada kami/audience, yaitu:

1. Temukan konten atau gaya yang paling sesuai dengan diri kita.

2. Konsisten menjadi diri sendiri atau dengan ciri khas yang dimiliki.

3. Saring konten sesuai dengan nilai dan kenyamanan pribadi.

Kita harus ingat satu poin penting, yaitu eksis itu bukan soal ramai atau viralnya kita di media sosial, tetapi soal otentik. Pertanyaan selanjutnya adalah “apakah penting untuk memiliki batasan dalam menggunakan Tiktok? Bagaimana cara menetapkannya?”. Jawaban dari pemateri adalah sangat penting, karena jika tidak ada batasan, maka kita akan kecanduan media sosial/Tiktok dan itu akan berpengaruh pada kesehatan mental kita, terutama bagi remaja atau generasi Z seperti kita. Ada beberapa tips untuk membuat batasan dalam menggunakan media sosial/Tiktok, yaitu:

1. Atur jadwal bermain media sosial (jam berapa dan durasi bermain).

2. Manfaatkan fitur manajemen waktu layar.

3. Peka terhadap sinyal tubuh; ketika tubuh merasa lelah, maka istirahat dari bermain media sosial.

4. Lakukan hal-hal positif di luar media sosial.

Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh audience melalui kolom komentar. Salah satunya, pertanyaan yang datang dari @_sylatifah “a, gimana caranya biar kita tetap bahagia sama diri sendiri tanpa harus mematok ke diri orang lain?”, ada pula pertanyaan yang datang dari @lawahidz_ “kak, mau tanya, kira-kira kenapa sering sulit menerima diri seutuhnya, bukan cuma hal baiknya, tapi menerima diri bahkan yang ‘buruknya’ juga?”

Terkadang, menerima diri sendiri sepenuhnya bisa menjadi tantangan, tidak hanya untuk hal-hal baik, tetapi juga untuk hal-hal buruk. Kekurangan yang kita miliki sering kali menjadi bahan perbandingan dengan orang lain, sehingga kita cenderung mengkritik diri sendiri dengan keras. Berikut adalah beberapa tips untuk mencintai dan menerima diri sendiri:

1. Kurangi perbandingan diri dengan orang lain.

2. Ekspresikan diri dengan menciptakan konten yang mencerminkan diri kita yang sebenarnya, tanpa rasa takut akan penilaian orang lain.

3. Fokus pada tujuan pembuatan konten tersebut, yaitu untuk diri sendiri, bukan untuk menyenangkan atau mendapatkan pujian dari orang lain.

4. Ucapkan afirmasi positif kepada diri sendiri, sekecil apapun itu.

5. Setiap pagi, tingkatkan suasana hati agar tetap baik, karena ini akan mempengaruhi mood kita sepanjang hari.

Selain itu, ada pesan dari pemateri tentang bagaimana eksis di media sosial tanpa memaksakan diri. Poin pentingnya adalah kita harus memiliki fondasi cinta diri. Mulailah dari hal-hal kecil dan lakukan hal positif setiap hari. Merasa insecure adalah hal yang wajar, tetapi kita perlu mengubah rasa insecure tersebut menjadi rasa syukur. Ingatlah tujuan kita dan selalu percayalah bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sosial Media, Gengsi, dan Beban Finansial: Tantangan Anak Muda Masa Kini

 Akhir-akhir ini, sosial media semakin liar membawa manusia terbawa arus. Banyak hal yang sejatinya tidak terlalu punya urgensi, namun terba...