Akhir-akhir ini, sosial media semakin liar membawa manusia terbawa arus. Banyak hal yang sejatinya tidak terlalu punya urgensi, namun terbalut oleh gengsi untuk diikuti. Menanggapi momen ini, tentu harus diimbangi oleh literasi digital yang mumpuni, agar dapat memilah-milah konten yang justru membebani.
Dilansir dari RRI.co.id, menurut profesor psikologi dari Ludwig-Maximilians-Universität München, Dr. Sarah Diefenbach, media sosial sering kali menampilkan gambaran hidup yang sudah dipoles dan tidak realistis. Lebih jauh, menurutnya justru berpotensi menekan individu untuk hidup sesuai standar yang sebenarnya, belum tentu dapat digapai.
Pendapat Sarah tentu tidak dapat dipungkiri. Di Indonesia, sosial media seolah menjadi kebutuhan primer yang wajib dimiliki semua kalangan, utamanya anak muda. Menghadirkan berbagai pilihan platform, dengan jenis konten yang beragam, sosial media tak sekedar menjadi hiburan, ia menjelma menjadi ancaman.
Mengapa standar sosmed dianggap sebagai ancaman? sebab seiring perkembangan zaman, banyak konten sosial media yang kemudian seolah dijadikan acuan dalam kehidupan sehari hari. Contohnya, dalam dunia gadget, "apel" dianggap lebih keren ketimbang "robot". Lantas membuat mereka yang memiliki ponsel "apel" dianggap sebagai kelas atas, sosialita, dan kekinian. Sedangkan pemilik ponsel "robot" justru dianggap sebaliknya: kelas menengah dan ketinggalan jaman.
Standar ini tentu tak hanya membunuh karakter, namun juga memberikan tekanan bagi kemampuan finansial kita. Tak jarang demi memenuhi standar ini, seseorang rela mengambil pinjaman uang, membayar dengan paylater, hingga bahkan menyewa kepada orang lain.
Tentu, ini menjadi problematika baru di kehidupan masyarakat digital. Standar sosial media tak sepenuhnya harus diikuti. Sebagai anak muda, kita tentu harus memiliki pendirian agar tidak mudah disetir oleh standar apapun. Literasi digital sangat diperlukan, tidak hanya sebagai upaya untuk mencegah diri termakan hoax, literasi digital juga perlu untuk kita agar tidak lagi termakan konten-konten yang membebani kehidupan.
Elefthero | Counter Standart Sosmed
"Sejatinya, semua orang bebas untuk berekspresi"
#YangWajarWajarAja